Malam sobat blogger, bentar lagi hari jadi kota gue nih. Udah berapa tahun ya ?? lupa gue nih haha. Dari lahir gua disini, udah mendarah danging deh. Eh malam gini keingetan masa kecil , pas seru serunya main dikampung gue. Dulu gue tinggal didesa Panglima dambung , kec. Padang Batung, sekarang udah pindah ke Daerah kotanya Kandangan, Cuma 7 km dari kampung gue, jadi masih sering gue kesana. Paling seru emang pas main lumpur disawah, sambil nyari ikan, hehe.
Masyarakat Hulu sungai ( Kalsel ) di
pedesaan kebanyakan berfrofesi sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan pokoknya
yaitu beras. Disini bertani atau Bahuma
ada dua jenis yaitu Huma Tugal dan huma tadah hujan. Huma tugal biasanya
dilakoni oleh masyarakat didaerah pegunungan. Mereka menanam Padi dilereng
lereng gunung saat musim hujan tiba, huma tugal hanya bisa dilakukan sekali
setahun. Sementara huma tadah hujan dilakukan masyarakat disawah. Sekarang huma
ini sudah dibantu oleh program irigasi pemerintah sehingga huma ini bisa
dilakukan beberapa kali dalam setahun.
Makanan pokok biasanya dilengkapi
dengan lauk yang lezat seperti sayur dan ikan. Biasanya masyarakat diperkotaan
dengan mudah mendapatkan lauk ikan dipasar atau supermarket. Tapi tidak begitu
dipedesaan, masyarakat bisa menghemat pengeluaran dengan mencari ikan sendiri yang
biasayan dilakukan oleh kaum bapak dan juga remaja laki laki, karena di sini di
HSS masih tersedia banyak Sumber daya alam yang cukup bagus. Selain untuk
memenuhi kebutuhannya akan lauk, masyarakat juga mencari ikan untuk menambah
penghasilan mereka ,atau bahkan hanya hobi semata untuk mengisi waktu luang.
Berbagai
cara digunakan masyarakat HSS untuk membantu dalam menangkap ikan baik dengan
teknik atau dengan alat bantu. Dengan joran pancing adalah cara terfamiliar
diseluruh dunia untuk mendapatkan ikan. Disini juga begitu , namun ada alat
lain yang tradisional digunakan Masyarakat untuk membantu mereka mendapatkan
ikan, walau sebenarnya masyarakat HSS lebih suka bakacal atau menangkap ikan dengan tangan kosong di pinggir sungai,
sawah atau dilumpur.
Alat tradisional untuk menangkap
ikan di Hulu Sungai Selatan
1. Lukah
Lukah adala alat berbentuk tabung
panjang berongga dengan lobang untuk mejebak ikan, alat ini terbuat dari bilah
bilah bambu panjang yang di satukan oleh tali atau rotan. Alat ini digunakan
saat hujan pertama setelah musim kemarau saat sungai sungai kecil mulai dialiri
air, karena saat itulah ikan bermigrasi naik kebagian hulu sungai untuk
bertelur. Sungai kecil biasanya dibendung dan dibuat celah ditengahnya
agar hanya adasatu jalan masuk ikan
untuk naik kehulu , nah dicelah itulah dipasang lukah. Ikan yang naik akan terperangkap
dalam lukah.
2. Tangkalak
Hampir sama seperti lukah, tapi
lebih sederhana. Terbuat dari batang buluh 1 ruas yang dibelah bagian atasnya
dan dibuka jadi seperti kerucut. ini memakai konsep kebalikan lukah, yang
lobangnya menghadap arah air yang datang dari hulu. Digunakan saat hujan kedua setelah
musim kemarau karena ikan yang tadi naik mulai turun lagi kehilir.
3. Jambih
Masih dengan bahan dasar bambu dan
konsep bangun ruang tabung, jambih digunakan saat manyuar. Manyuar adalah
kegiatan mencari ikan ditengah malam, saat ikan tertidur. Manyuar diambil dari
kata dasar suar atau lentera, karena
biasanya mansyarakat menggunakan suar dimalam hari untuk mencari ikan. Alat ini
mempunyai dua sisi terbuka, satu sisi tajam
pinggirannya dan satu sisi untuk mengabil ikannya. Cara kerjanya dengan
menacapkan jambih untuk mengurung ikan disaat ikan tertidur, untuk membatasi
daerah untuk ikan bergerak menjauh dari kita.
Ini biasanya dilakukan disawah atau dipinggiran sungai.
4. Tangguk
Memang kekayaan sumber daya alam
yang menghidupi mansyarakat disini, lagi lagi alat ini terbuat dari bambu,
bentuk seperi wadah setengah lingkaran bercelah. Tangguk digunakan untuk
menangkap jenis ikan yang terbilang kecil dan juga jenis udang udangan.
Sederhana saja, hanya dengan menyerokan yangguk ke pinggir pinggir sungai yang
berumput atau sampah daun untuk mendapatkan ikan kecil yang bersembunyi disana,
biasanya ini dilakoni oleh kaum ibu.
5. Hinikan
Sungai Amandit tak habis kaya
ikannya , terbukti masih banyaknnya terlihat hinikan dibagian hulu arah ke
Padang Batung , sepanjang sungai atau Batang banyunya masih ada terlihat bangun segitiga dengan pilar tinggi 5 meter. Menggunakan
konsep menunggu ikan turun kehilir mirip tangkalak tapi dengan skala yang lebih
besar dan alat yang dipakai adalah jaring besar.
6. Tajur
/ Banjur
Bersenjatakan kail yang cukup besar dengan umpan binatang kecil seperi
keong dan katak kecil, tajur seperti pancingan yang mempunyai joran tapi tajur
joranya lebih pendek, hanya 1 meter. Biasanya tajur dipasang dan dibiarkan
semalaman , sasaran utamanya adalah ikan besar seperti gabus dan tauman.
Alat tradisional seperti ini bisa sangat
membantu untuk mendapatkan ikan walau tak terlalu banyak , dan yang terpenting
alat ini sangat ramah lingkungan, bukan dengan racun yang ditebar dihulu sungai
atau mengalirkan listrik di air, tindakan ini yang sangat merusak lingkungan
dan membunuh ikan ikan yang masih kecil.
tugas kitalah sebagai manyarakat agar
tetap memelihara lingkungan dengan baik agar anak cucu kita bisa
merasakannya. Cintai Lingkungan , Cintai HSS , Cintai Indonesia , dan Cintai
Bumi kita
Narasumber : kai Amat Tuyu dan
paman Kadir
0 komentar:
Posting Komentar