Sore
itu aku dan beberapa teman sekelas masih menunggu hujan reda. Dengan canda
hangat kami, cukup membuat kami sedikit lupa waktu. Hujan masih belum berhenti
dan masih menahan kami didepan ruang kelas ini.Kejenuhan mulai datang perlahan
saat aku mulai termenung bosan melihat hujan dari pantulan jendela kaca.
Melihat titik demi titik air yang turun derasnya, hingga sebuah senyum
simpulyang cukup manis menbuatku berpaling kesisi lain. Dari balik tirai buram
hujan suara tawanya dan candanya samar merdu diteligaku.
Sejuta
tanya untuknyadariku dalam hati, sang pemilik senyummanis itu. Bidadari hujan
yang kuharap tersenyum padakudan menyapaku. Hujan perlahan reda, kami semua
terbebas dari hujan dan bergegas untuk pulang. Akupun terpaksa berhenti dari
lamunanku karna diapun mulai beranjak untuk pulang. Senja pulang bersamaku,
belum sirna bayangan wajahnya sebagai teman dijalan pulang. Sorot lampu
kendaraan terpantul dijalanan yang basah dan genangan airnya yang masih tertiki
gerimis lembut, menyilaukan. Belum malampun terasa gelap karna mendung hitam
awan awan hujan ini diatasku. Tak terasa belokan terakhir depan rumahkupun
kulewati, sampai dirumah lelah sekejap sirnakan kejadian tadi dibenakku. Mandi
dan beristirahat cukup bantu redakan juga lelahku , tidur setelah semua tugas
selesai.
Mentari
dan jam alarm membangunkanku, pagi yang baru dan sejuk. “Pasti hari ini tidak
hujan “ gumamku dalam hati, bersiap untuk berangkat sekolah. “tring...” HPku
berbunyi ,sebuah pesan singkat yang ternyata temanku Adi “ sepeda motorku
bocor, kamu bisa kan jemput aku hari ini. “ kubalas hanya dengan huruf Y ,
akupun langsung menuju rumah adi yang kebetulan satu arah kesekolah.
Sesampai
kami disekolah, dengan tergesa-gesa Adi langsung pergi kekelasnya , katanya dia
piket. Aku pun menuju tempat parkir dekat kelasku. Entah keberuntungan atau yang lainnya, dengan
jarak yang sangat dekat senyum manisnya yang kemarin itu membuka warna baru
dipagi ini. Walau hanya sekilas lewat didepanku yang sedang memarkirkan motor,
entah untuku dia tersenyum sambil berjalan melewatiku yang tercengang.
Kurasakan jantung berdetak jelas,gugup dan takkaruan. mungkin kujatuh cinta.Disisi lain kubetanya
pada diri sendiri,apakah aku jatuh cinta pada pandangan pertama pada sang
bidadari hujanku itu. Mungkin hanya sekedar sepintas rasa suka ataupun kagum,
tapi kurasa kali ini sangat berbeda. Hanya sekedar warna senyum yang manis,
sangat buatku terpesona padanya dan senyumnya.
Bel
berbunyi memaksa lagi hilangkan lamunanku dan paksaku masuk ruang kelas. Lama
pelajaran hari ini tak cukup terasa, karna hari yang perlahan mulai mendung
merenggut cahaya cerah tadi pagi. Wajahnya dipapan tulis terbayang saat pagi
tadi melintas didepanku, gila kurasakan hanya karena sebuah senyum dari adik
kelas yg baru kutemui. Hujan lagi lagi turun dan mengusik telingaku , cukup
mengganggu dan dinginpun jadi musuh lagi.
Bel
pulang terdengar samar terganggu bunyi hujan, aku yang sedari tadi melamun
tertinggal jauh menulis apa yang ada dipapan tulis. Kesal pada diriku sendiri,
namun kupaksakan secepat mungkin karna cuma aku yang tertinggal didalam kelas .
hujan pun juga menahanku di teras kelas sendiri, kupaksakan tak takut hujan
ntuk sampai menuju parkiran. Jarak
rumahku yang tak terbilang dekat membuatku berfikir ulang untuk pulang ,
kuputuskan hanya duduk disini dan menunggu hujan. Memarahi diriku sendiri dalam
hati, terkejut saat seseorang berpayung ditengah hujan berlari menuju parkiran
yang teduh ini. Lagi lagi dibalik payung itu gadis manis yang ada dalam
lamunanku, malu dan terjadi lagi kegugupan buatku membisu. Kutatap wajahnya yang basah dan kerudungnya yang juga
basah terkena hujan. Hanya senyum balas untuk tatapanku, masih membisu disampingnya.
Mengumpulkan
sejuta keberanian melebihi tetes hujan hari ini, akhirnya kubuka percakapan
sambil menawarkan jaket yang kupakai untuk tubuh mungilnya yang kulihat sedikit
menggigil kebasahan. “ ini pakai jaket
kakak, kamu kelihatannya kedinginan banget”
ucapku sambil melepaskan dan menawarkan jaketku. “iya ka, makasih”
menyambut jaket dan memakainya. “ nama kamu siapa dan dari kelas sepuluh
berapa?” tanyaku. “aku tari dari kelas sepuluh A , kalau kaka?” tanyanya balik.
“ kaka kelas sebelas B” jawabku. Panjang lebar kami bercakap, dan aku sesekali
menertawakanya yang berbicara sambil sedikit menggigil. Senyumya benar benar
manis, saat ku sarankan untuk melepaskan kerudung karna basah, dia menolak
dengan senyum “ rambut itu aurat wanita
kaka, jadi gak boleh dilihat lawan jenis”. “ maaf , tapi kamu
kelihatannya sangat kedinginan” jelasku padanya.
Hujan
perlahan reda dan waktu tak terasa
bersamanya, gelap mulai hadir kami pun
berpisah disini karena hari yang mulai senja mengharuskan pulang meski masih
bergerimis. Ucapan sampai jumpa lagi tak sempat terucap, dan kusarankan dia
untuk menbawa saja jaketku yang dikenakannya. Aku pulang dengan hangat meski
ditengah gerimis dan angin senja. Indah jingga terlihat di celah awan hitam
langit barat, menyuarakan senyumku dijalan pulang.
Membuka
bungkus kopi dan hirup sejenak aromanya, menyeduhnya dengan air hangat dan gula
cukup meredakan masuk anginku. Tersenyum sendiri mengingat kejadian tadi,
betapa bahagia mentari hadir ditengah dingin hujan bersamanya. Hangat canda
tadi yang taingin kulupa , berbeda dari yang lain senyum manisnya sekali lagi
penuh harapan untukku, walau hanya sedikit itupun berarti.
Kejadian
itu membuat kami lebih akrab, Tamanya Mentari teman teman memanggilnya Tari,
dia adik kelasku , orangnya cukup humoris dan yang membuatku kagum adalah
prestasi dan beberapa bakatnya. Terlebih wajah manisnya berhias senyum dilesung
pipinya rasa sukakuyang semakin dalam dan berbuah rasa tak tersampaikan. Hari
berlalu antara kami sebagai sahabat , sedekat mungkin menunggu dia menyadari perasaanku
ini. Tak kunjung tersampaikan olehku meski munkin dia pun memendam rasa yang
sama, aku terlalu pengecut dan takut bila harapku cuma sebelah .
Beberapa
bulan hari kenaikan kelas, aku sekarang dikelas XII. Bulan bulan berikutnya
dikelas baru dan hari hari yang padat penuh persiapan ujian akhir, tanpa
memberi tahu Tari aku sedang fokus untuk ujian aku tak pernah lagi
berkomunikasi dengnnya. Diapun mungkin
memahamiku, kuharap. Ujian akhir
menantiku dan kini kuhadapi dengan kesiapan yang matang. Setelah menunggu hasil
ujian, tak sia sia perjuanganku dan aku lulus dengan nilai cukup bagus.
Dibenakku
ada satu lagi yang sangat mengganjal,
sang bidadari hujan yang sangat kucinta namun tak tersampaikan. Membuang
jauh ras takut dan pengecut ini, kubulatkan rencana untuk menyataknan segenap
rasaku. Menyiapkan segenap nyawa dan rencana dan juga keberanian menghaapi
apapun hasilnya.
Hari
perpisahan kami pun datang, hari yang kuharap bukan hari perpisahan tapi hari
bahagiaku. Dengan bunga mawar walau cuma setangkai, bunga mekar yang berwarna merah sebagai lambang
penyampaian perasaan. Kutemui Tari disaat dia sendiri berdiri didekat panggung
, dengan satu tangan dibelakang menggengam mawar tadi. “Tari udah lama kita gak
komunikasi, aku kangen..hehe, aku mau bilang sesuatu sama kamu , ini tentang
...”. belum sempat selesai ,dia memotongnya
“aku juga mau bilang sesuatu ka, aku bahagia banget. Aku mau kenalin
orang yang spesial, kami baru aja jadian, aku seneng banget ka”, celotehnya.
Membisu , Cuma membisu aku menggenggam mawar yang hampir jatuh. Remuk
jantunngku ditempat ini juga, hari perpisahan segalanya tentang dia dan teman
yang lain. Menangis dalam hati, pandangan kosong tanpa air mata. “ada apa ka?
Kaka gak seneng?” tanyanya bingung melihat ekspresiku. Memasang wajah bahagia dengan terpaksa “ kaka
bahagia kalo kamu bahagia “. Akupun mencari alasan untuk pergi dari tempat itu,
sejak saat itu hatiku dan perasaan ku tertinggal di SMA ini tanpa pernah sampai
dan diketahuai.
karya M Ahyat Najibi
0 komentar:
Posting Komentar